Selasa, 01 April 2008

Ayu Utami Aneh!

Ini tulisan suamiku tentang kritik terhadap Ayu Utami. Udah nonton filmnya? Atau baru baca novelnya? Bagaimana? Berurai air mata? Ada manfaat yang bisa diperoleh, kan...

Ayu Utami Aneh!

Membaca wawancara Ayu Utami di detikcom, saya jadi tak habis pikir dan heran. Semua komentarnya terkesan sinis terhadap kebenaran dan kebaikan. Sementara, pengantarnya yang menyatakan bahwa mayoritas sastrawan dan kritikus sastra belum dan tidak tertarik membaca AAC, juga mengherankan. Sepertinya ada yang tidak terima kalau sastra dan film Islam itu bisa sukses.

Ayu Utami:

Ayat-ayat Cinta itu novel Hollywood, novel yang akan membuat senang pembacanya.

>> Lah, bukannya memang karya tulis itu seperti itu?! Membuat senang yang membacanya sehingga dia tertarik untuk membacanya?! Novel-novelnya Ayu Utami pun pasti membuat senang penggemar novel-novelnya dan membuat tidak senang yang tidak senang.

Ayu Utami
Orang sekarang ingin mendengar petuah bijak, seperti ada sesuatu yang optimis, ada kebaikan di dunia ini.

>> Itu namanya sastra yang mencerahkan, memberikan optimisme. Ada banyak kebaikan di dunia ini dan orang-orang baik yang mungkin tidak Ayu Utami dapatkan dan temui kali ya.

Ayu Utami :
Persoalan kita, negara ini kan mayoritas muslim, sebagian besar kurang berpendidikan……

Saya kira hal yang sama juga terjadi, jika mayoritas negara ini Kristen misalnya dan ada orang Islam menghujat Kristen. Jadi nggak bisa dilihat dari kaca mata agama. Harus dari sosial politik, bahwa MAYORITAS CENDERUNG AKAN CENDERUNG AKAN BERPERILAKU NGGAK BENER......


Ngomong soal film ya film. Nggak usah pakai film untuk menilai persoalan lain di masyarakat. Jangan campur adukkan kacamata. Pakai kacamata yang pada tempatnya.

>>> Ini udah masuk SARA. Apa yang nggak bener itu maksudnya? Yang bagaimana? Mayoritas itu jelas ummat Islam negeri ini.

>>> Film, Sastra, dan Seni sudah seharusnya menggambarkan realita kehidupan, mengungkapkan fakta dan menyampaikan kebenaran.

Ayu Utami :
Di luar novel itu, bagi saya, poligami tidak layak diteruskan. Itu sistem di masa lalu, tidak cocok untuk masa depan.

>>> poligami dibenarkan dalam Islam. Layak atau tidak layak diteruskan bukan tergantung kita, manusia. Cocok atau tidak untuk hidup tergantung manusia yang mau jalanin. Semua sudah Allah atur dalam Al Quran.

Ayu Utami :

Kalau dalam novel ini, kasus poligami disikapi dengan pengecut. Dalam arti, sebagian besar perempuan tidak mau dipoligami. Bila pun ada, perempuan yang mau dipoligami itu, biasanya mereka sebagai istri kedua, ketiga, atau keempat.

>>> betul sebagian besar perempuan tak mau dipoligami seperti tak ada laki-laki yang mau dipoliandri. Masalahnya poligami itu dibenarkan sedang poliandri tidak. Itu diskusi fikih, hukum Islam dan jatuhnya orang yang mau jalanin harus memenuhi syarat tertentu.

Ayu Utami :

Ya kita bisa lihat kasus Aa Gym, dia kehilangan pendukung begitu dia melakukan poligami. Jadi jelas sekali poligami tidak disukai perempuan. Novel ini kompromistis sekali. Ia tidak berani ekstrim, dia mengangkat wacana atau ideologi poligami, tapi lalu akhirnya buru-buru dimatikan. Dia hanya kembali ke titik yang happy ending, inilah resep cerita pop.

>>> Kasus Aa Gym memang begitu adanya. Tapi, realitas sastra itu bebas. Sastra itu alat untuk menyampaikan ide dan memperjuangkan ideologi.

Ayu Utami :

Paling lemah, kalau menurut saya, adalah nafsunya pada kebenaran. Begitu bernafsu untuk menunjukkan kebenaran. Tapi dia mengakui ini novel dakwah, jadi nggak masalah.

Tapi bagi saya, kalau sastrawan bernafsu untuk menyampaikan kebenaran itu tidak menarik. Sastra bukan untuk alat berdakwah, tapi untuk mempergulatkan nilai-nilai. Sastra itu selalu menghargai membuka persoalan. Bukan berakhir dengan kata amin seperti bila kita berada di masjid atau di gereja.

>>> Apakah sebuah kesalahan kalau orang ingin menunjukkan kebenaran?! Siapa bilang sastra bukan alat untuk mempergulatkan nilai-nilai?! Justru selama ini goresan pena selalu menjadi ujung tombak untuk memperjuangkan ideologi, menyampaikan kebenaran, mencerahkan ummat.


Tidak ada komentar: