Selasa, 01 April 2008

Pandai Membuat Alasan


Kepintaran anak pertamaku membuat alasan dimulai ketika ia menolak minum obat saat sakit panas beberapa bulan lalu. Dia bilang, ”Bobo.” Awalnya aku tak mengerti. Kenapa kalau obat sudah dimasukan pipet Lila selalu minta tidur? Oh, ternyata itu sebabnya. Dia tak mau minum obat dan memilih tidur. Padahal sebelumnya ia berguling-guling dan menangis menolak diajak masuk kamar.

Yang kedua, dia melancarkan strategi meminta susu botol dengan cara yang mirip. Lila mengucek mata berkali-kali dan mengatakan ’atuk, atuk,’ artinya ngantuk. Dilanjutkan dengan, ’bobo, nda. Cyucyu.’ Hahaha...dia minta susu karena mau tidur. Aksi ini dilakukannya setelah aku berulan kali menasehati, ”Lila, kalau minum susu dihabiskan ya. Kan harga susu sekarang mahal. Sayang, kan.” Sebelumnya susu yang rutin kubuatkan ketika tiba saatnya tidur sering kali tak habis karena sudah terlelap atau malah keasikan bermain. Ada kalanya susu sudah habis, mata kantuk itu berubah segar seperti mekarnya kelopak mawar yang tersiram embun pagi.
Aku hanya bisa menggeleng dan tersenyum maklum. Mungkin ini efek konsumsi Omega-3 dan madu ketika bayi, ya?

Tadi pagi anakku yang agak susah makan (beratnya sekarang hanya beda 1 kg dari adiknya yang hampir empat bulan. Lila di usia 1 tahun 5 bulannya hanya 8,5 kg!) ini minta bubur ayam. Kami pun ke area pasar dan beli bubur untuk sarapan. Begitu sampai di rumah dan bubur siap disantap, dia mencicipi beberapa suap. Selanjutnya Lila kelihatan ogah-ogahan. ”Ayah, aus. Aus,” begitu terus setiap aku siap menyuapkan sesendok bubur ayam atau memintanya makan sendiri. Anakku lebih memilih menghabiskan air minum di gelas dari pada menyantap prsanannya. Lila...Lila....

Tidak ada komentar: